YAHUDI MENGGALI KUBURANNYA SENDIRI DI TANAH PALESTINA

Sabtu, 17 Januari 2009 · 0 komentar

YAHUDI MENGGALI KUBURANNYA SENDIRI DI TANAH PALESTINA

Wahai putera-putera kera dan babi…

Para pembunuh Rasul Alloh dan para Nabi…

Dirikanlah terus dan bangunlah kehancuranmu di tanah muqoddas

Kau jemput kebinasaanmu dengan hujaman lemparan batu cadas

Tinggikanlah bangunanmu sesuka hatimu

Sesungguhnya kehancuranmu akan menimpamu

Tidak lama lagi waktumu akan tiba untuk merana

Dan ketetapan Alloh pastilah terlaksana


Untuk saudara-saudaraku yang terbakar oleh kemarahan karena Alloh

Melihat saudara-saudara muslimin yang dibantai di bumi Alloh

Oleh bangsa keturunan kera dan babi yang dilaknat oleh Alloh

Bersabarlah… karena sesungguhnya kemenangan itu ada di tangan Alloh

Yang akan diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan Alloh

Nubuwat al-Qur’an tentang kebinasaan Bangsa Yahudi

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin yang dimuliakan Alloh…

Berbesar hatilah, karena Alloh Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) : “Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS al-Israa’ : 4-8)

Berkata Syaikhuna Salim bin ‘Ied al-Hilaly Hafizhahullahu wa Nafa’allahu bihi mengenai ayat ini :

Pertama : Ayat ini menegaskan terjadinya dua kerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil. Sekiranya dua kerusakan yang dimaksud sudah terjadi pada masa lampau, maka sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat kerusakan berkali-kali, bukan hanya dua kali saja. Akan tetapi yang dimaksudkan di dalam Al-Qur’an ini merupakan puncak kerusakan yang mereka lakukan. Oleh karena itulah Alloh mengirim kepada mereka hamba-hamba-Nya yang akan menimpakan azab yang sangat pedih kepada mereka.

Kedua : Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas orang-orang yang menguasai mereka terdahulu. Sedangkan ayat di atas menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh-musuh yang telah menimpakan azab saat mereka berbuat kerusakan yang pertama. Alloh mengatakan : “Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali.”

Ketiga : Sekiranya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan itu adalah sesuatu yang telah terjadi, tentulah tidak akan diberitakan dengan lafazh idza, sebab lafazh tersebut mengandung makna zharfiyah (keterangan waktu) dan syarthiyah (syarat) untuk masa mendatang, bukan masa yang telah lalu. Sekiranya kedua kerusakan itu terjadi di masa lampau, tentulah lafazh yang digunakan adalah lamma bukan idza. Juga kata latufsidunna (Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan), huruf laam dan nuun berfungsi sebagai ta’kid (penegasan) pada masa mendatang.

Keempat : Demikian pula firman Alloh : “dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana” menunjukkan sesuatu yang terjadi pada masa mendatang. Sebab tidaklah disebut janji kecuali untuk sesuatu yang belum terlaksana.

Kelima : Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala. Namun bukankah Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan dalam ayat di atas : “kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar”. Sifat tersebut mengisyaratkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang beriman, bukan orang-orang musyrik atau penyembah berhala. Pernyertaan kata “kami” dalam kalimat di atas sebagai bentuk tasyrif (penghormatan). Sementara kehormatan dan kemuliaan itu hanyalah milik orang-orang yang beriman.

Keenam : Dalam aksi pengerusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil terdapat aksi penghancuran bangunan-bangunan yang menjulang tinggi (gedung pencakar langit). Sejarah tidak menyebutkan bahwa pada zaman dahulu Bani Israil memiliki bangunan-bangunan tersebut.

Kesimpulan : Hakikat dan analisa ayat-ayat di atas menegaskan bahwa dua aksi pengerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil akan terjadi setelah turunnya surat al-Israa’ di atas.

Realita : Sekarang ini bangsa Yahudi memiliki daulah di Baitul Maqdis. Mereka banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka membunuhi kaum wanita, orang tua, anak-anak yang tidak mampu apa-apa dan tidak dapat melarikan diri. Mereka membakar tempat isra’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan merobek-robek kitabullah. Mereka melakukan kejahatan di mana-mana hingga mencapai puncaknya. Mereka menyebarkan kenistaan, kemaksiatan, kehinaan, pertumpahan darah, pelecehan kehormatan kaum muslimin, penyiksaan dan pelanggaran perjanjian.

Jadi, aksi pengerusakan yang kedua sedang berlangsung sekarang dan telah mencapai titik klimaks dan telah mencapai puncaknya. Sebab tidak ada lagi aksi pengerusakan yang lebih keji daripada yang berlangsung sekarang.

Adakah aksi yang lebih keji daripada membakar rumah Alloh?

Adakah aksi pengerusakan yang lebih jahat daripada merobek-robek kitabullah dan menginjak-injaknya?

Adakah aksi pengerusakan yang lebih sadis daripada membunuhi anak-anak, orang tua dan kaum wanita serta mematahkan tulang mereka dengan bebatuan?

Adakah aksi pengerusakan yang lebih besar daripada pernyataan perang secara terang-terangan siang dan malam melawan Islam dan para juru dakwahnya?

Sungguh demi Alloh, itu semua merupakan aksi pengerusakan yang tiada tara!!!

Lalu Alloh Azza wa Jalla melanjutkan firman-Nya : “dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”.

Artinya, hamba-hamba Alloh kelak akan meruntuhkan apa saja yang dibangun dan dikuasai oleh bangsa Yahudi. Mereka akan menggoyang benteng Yahudi dan meluluhlantakkan serta meratakannya dengan tanah. Sebelumnya, tidak pernah disaksikan bangunan-bangunan menjulang tinggi di tanah Palestina kecuali pada masa kekuasaan Zionis sekarang ini. Gedung-gedung pencakar langit dan rumah-rumah pemukiman dibangun di setiap jengkal tanah Palestina yang diberkahi.

Kami katakan kepada mereka : Dirikanlah terus wahai anak keturunan Zionis, tinggikan bangunan sesukamu! Sesungguhnya kehancuran kalian di situ dengan izin Alloh. Dan tak lama lagi kalian akan luluh lantah dan tertimpa bangunan kalian itu! Dan Alloh takkan memungkiri janjinya : “dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana”.

Penguasaan Masjidil Aqsha tidak disebutkan pada kali yang pertama dan disebutkan pada kali yang kedua. Sebab penguasaan Masjidil Aqsha oleh kaum muslimin akan berakhir. Kalaulah belum berakhir berarti penguasaan yang kedua merupakan lanjutan dari yang pertama. Akan tetapi berhubung penguasaan Masjidil Aqsha yang pertama akan berakhir, maka penguasaan untuk yang kedua kalinya merupakan peristiwa baru. Dan itulah realita yang terjadi! Penguasaan pertama telah berakhir sesudah bangsa Yahudi menguasai al-Quds serta beberapa wilayah tanah Palestina lainnya dalam satu serangan yang sangat sporadis pada tahun 1967, orang-orang menyebutnya tahun kekalahan. Sebelumnya pada tahun 1948 mereka sebut dengan tahun kemalangan.

Penguasaan yang pertama berakhir disebutkan karena adanya faktor penghalang yang menghalangi kaum muslimin untuk menguasainya. Penghalang itu merupakan musuh bagi Islam dan kaum muslimin. Dan cukuplah Yahudi sebagai musuh bebuyutan yang sangat menentang Islam, kaum muslimin dan para pembela Islam.

Maka kita harus membebaskan tanah kita yang dirampas dan membuat perhitungan dengan mereka serta menyalakan api kebencian terhadap mereka!!! Sudah tergambar pada wajah mereka tanda-tanda kemalangan dan kehinaan. Kaum muslimin akan kembali menguasai Masjidil Aqsha –insya Alloh- sebagaimana kaum salafus shalih menguasainya pertama kali. Sebab kehancuran kedua yang telah dijanjikan oleh Alloh dalam firman-Nya : “dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama”.

Kita sedang menanti peristiwa itu sebagai kebenaran janji Alloh dan kebenaran berita-berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Pada hari itu kaum muslimin bergembira dengan pertolongan dari Alloh Azza wa Jalla.

Nubuwat as-Sunnah ash-Shahihah tentang Kebinasaan Bangsa Yahudi

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah mengabarkan bahwa kaum muslimin akan berperang melawan bangsa Yahudi, beliau Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda :

“Tidak akan tiba hari kiamat sehingga kaum muslimin berperang melawan Yahudi. Sampai-sampai apabila orang Yahudi bersembunyi di balik pepohonan atau bebatuan, maka pohon dan batu itu akan berseru, ‘wahai Muslim, wahai hamba Alloh, ini orang Yahudi ada bersembunyi di balikku, kemarilah dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon Ghorqod, karena ia adalah pohon Yahudi.” (Muttafaq ‘alaihi dari Abu Hurairoh radhiyallahu ‘anhu).

Diriwayatkan oleh Syaikhaini (Bukhari dan Muslim) dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Kalian benar-benar akan membunuhi kaum Yahudi, sampai-sampai mereka bersembunyi di balik batu, maka batu itupun berkata, ‘wahai hamba Alloh, ini ada Yahudi di belakangku, bunuhlah dia!’.”

Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa :

Pertama : Akan datang masa sebelum datangnya hari kiamat bahwa kaum muslimin dan bangsa Yahudi akan mengalami peperangan besar dan ini adalah suatu hal yang pasti akan terjadi.

Kedua : Bangsa Yahudi akan dibantai oleh kaum muslimin, dan hal ini terjadinya di bumi Palestina, dan saat itu seluruh pepohonan dan bebatuan yang dijadikan tempat persembunyian bangsa Yahudi akan berseru memanggil kaum muslimin untuk membunuh mereka, kecuali pohon Ghorqod.

Ketiga : Hal ini menunjukkan bahwa kemenangan berada di tangan Islam dan kehinaan akan meliputi bangsa Yahudi yang terlaknat dan terkutuk.

Keempat : Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma di atas, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda “latuqootilunna” (Kalian benar-benar akan membunuhi kaum Yahudi) yang disertai dengan lam dan nun sebagai ta’kid (penegasan) akan kepastian hal ini. Khithab (seruan) Nabi ini adalah kepada para sahabat, hal ini menunjukkan secara sharih bahwa masa depan adalah milik Islam saja –biidznillahi-, namun haruslah dengan metode para sahabat Nabi dan kaum salaf yang shalih.

Kelima : Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh radhiyallahu ‘anhu di atas, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda tentang seruan batu dan pohon : “Wahai muslim, wahai hamba Alloh…” yang menunjukkan manhaj tarbawi (pendidikan) ishlahi (pembenahan) yang ditegakkan di atas manifestasi tauhid dan al-‘Ubudiyah (penghambaan) yang merupakan cara di dalam menegakkan syariat Islam di muka bumi dan melanggengkan kehidupan Islami berdasarkan manhaj nabawi.
Baca Selengkapnya...

Risalah tuk Saudara Tercinta

· 0 komentar

Risalah tuk Saudara Tercinta

Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim



الحمد لله وكفى، وصلاة وسلاما على عباده الذين اصطفى .. أما بعد :

Sesungguhnya setiap manusia akan mengalami kesudahan. Betapa pun lezatnya dia merasakan kenikmatan hidup di dunia, betapa pun panjang umurnya, betapa pun dia memuaskan syahwat dan meneguk kenikmatan dunia, dirinya tetap akan mengalami kesudahan. Kematian! Itulah kesudahan tersebut. Sesuatu yang tidak dapat dihindari. Allah ta’ala berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185)


Seorang penyair berkata,

كل ابن أنثى وإن طالت سلامته

يوما على آلة حدباء محمول

Setiap manusia, betapa pun panjang umurnya

Kelak di suatu hari, dirinya akan terusung di atas keranda



Pada hari tersebut seluruh makhluk kembali menghadap kepada Allah jalla wa ‘ala agar seluruh amalan mereka dihisab. Allah ta’ala berfirman,

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ

“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.” (QS. Al Baqarah: 281)

Hari yang sering terlupakan, hari yang paling akhir, hari di mana kerongkongan tersekat. Tiada hari setelahnya dan tidak ada yang semisal dengannya. Itulah hari yang dahsyat dan telah Allah tetapkan bagi seluruh makhluk-Nya, baik yang muda maupun yang tua, yang terpandang maupun yang hina. Itulah hari kiamat, pertemuan yang telah dijanjikan.

Namun sebelum itu, ada waktu di mana setiap manusia berpindah dari kampung yang penuh tipu daya menuju kampung abadi sesuai dengan amalannya. Pada waktu itu, manusia akan melayangkan pandangannya yang terakhir kali kepada anak dan kerabatnya, dirinya akan memandang dunia ini untuk kali yang terakhir. Di saat itulah, tanda-tanda sekarat akan nampak di wajahnya. Muncul rasa sakit dan tarikan nafas yang teramat dalam dari lubuk hatinya.

Di waktu itu, manusia akan mengetahui betapa hinanya dunia ini. Di waktu itu, dirinya akan menyesali setiap waktu yang telah disia-siakannya. Dirinya akan memanggil, “Wahai Rabb-ku!”,

رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ

“Dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al Mu’minuun: 99-100)

Di waktu itulah, kebinasaan dan kematian akan menjemputnya. Malaikat maut akan menghampirinya seraya memanggil dirinya. Duhai! Apakah yang akan dia serukan? Seruan menuju surga ataukah seruan menuju neraka?!!

Ketahuilah, sesungguhnya pengasingan yang hakiki adalah pengasingan dalam lahad tatkala diri diliputi kain kafan. Tidakkah anda membayangkan bagaimana anda diletakkan di atas dipan, tiba-tiba tangan para handai taulan mengguncang tubuh anda (agar anda tersadar). Sekarat semakin keras anda alami dan kematian menarik ruh anda di setiap urat. Kemudian ruh tersebut kembali menuju kepada Pencipta-nya. Alangkah dahsyatnya kejadian itu!

Para keluarga pun datang dan menyalati anda, kemudian menurunkan jasad anda ke dalam kubur. Sendirian, tanpa seorang pun yang menemani. Ibu dan bapak tidak lagi menemani, saudara pun tidak ada yang akan menenangkan.

Di sanalah seorang akan merasakan keterasingan dan ketakutan yang teramat sangat. Dalam sekejap, hamba akan berpindah dari kampung yang hina menuju negeri yang dipenuhi kenikmatan jika dirinya termasuk seorang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal yang shalih. Atau sebaliknya, dia akan menuju negeri kesengsaraan dan dipenuhi azab yang pedih, bila dirinya termasuk seorang yang buruk amalnya dan senang mendurhakai Sang Pencipta jalla wa ‘ala.

Sisi kehidupan dunia yang menipu telah dilipat, dan nampaklah di hadapan hamba ketakutan di hari kebangkitan. Hiburan dan kesenangan berlalu, dan yang tersisa hanyalah kelelahan (di hari berbangkit). Dalam sekejap, lembaran hidup seorang tertutup, entah lembaran hidupnya diwarnai dengan kebaikan atau sebaliknya diwarnai dengan keburukan. Timbul dalam hati, penyesalan terhadap hari-hari yang telah dilalui dalam keadaan lalai dari mengingat Allah dan hari akhir.

Demikianlah, dunia dan seisinya berlalu dan berakhir sedemikian cepatnya. Dan sekarang dirinya menghadapi tanda-tanda kesengsaraan di depan matanya. Ruhnya kembali kepada penciptanya dan berpindah menuju kampung akhirat dengan berbagai keadaannya yang begitu menakutkan. Dalam sekejap, dirinya kembali menjadi sesuatu yang tidak dapat disebut. Dalam sekejap, seorang singgah di awal persinggahan akhirat dan menghadapi kehidupan yang baru. Entah itu kehidupan yang bahagia, atau kehidupan yang mengenaskan. Wal ‘iyadzu billah.

Terdapat kubur yang penghuninya saling berdekatan dan berbeda-beda tingkat keshalihannya, itulah kubur yang didiami oleh penghuni yang senantiasa merasakan kenikmatan dan kesenangan.

Ada pula kubur yang terletak di lapis terbawah dan dipenuhi siksaan yang teramat pedih. Penghuninya berteriak, namun tidak ada seorang pun yang menjawabnya. Dirinya meminta agar dikasihani, namun tidak seorang pun yang mampu memenuhi permintaannya.

Kemudian, dirinya akan menemui hari yang telah dijanjikan. Suatu hari, ketika bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit dan seluruh makhluk di Padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Suatu hari, yang pada hari itu seorang tidak mampu menolong orang yang dikasihinya sedikit pun.

Tatkala malaikat penyeru memanggil, keluarlah seluruh mayit dari kubur menuju Rabb-nya dalam keadaan bertelanjang kaki, tak berbaju dan tidak berkhitan. Mereka tidak lagi memiliki pertalian nasab, juga kemuliaan, tidak pula kedudukan dan harta.

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ . فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ . وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ . تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ

“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keberuntungan. Barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.” (QS. Al Mukminuun: 101-104).

Pada hari itu, Allah mengumpulkan seluruh umat, baik yang terdahulu maupun yang datang kemudian. Di hari itu, kecemasan dan kesabaran tercerai berai. Pada hari itu, berbagai catatan amal disebar dan dipancanglah berbagai timbangan amal. Di hari itu, seorang akan lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, juga dari istri dan anaknya. Hari di mana seorang pelaku maksiat (kafir) menginginkan, jika sekiranya dia dapat menebus dirinya dari azab hari itu dengan anak-anaknya, istrinya, saudaranya serta kaum kerabat yang telah melindunginya di dunia.

Wahai Saudara Tercinta

Wahai anda yang bermaksiat kepada Allah. Bayangkanlah dirimu berdiri di antara para makhluk, lalu anda dipanggil, “Manakah gerangan fulan bin fulan? Mari bergegas ke hadapan Allah!” Engkau pun menggigil ketakutan, kedua kaki dan seluruh tubuhmu gemetar ketakutan. Raut wajahmu pun berubah dan dirimu diliputi kegelisahan, kebingungan dan kerisauan yang hanya Allah-lah mengetahui (keadaanmu).

Bayangkanlah dirimu berdiri di hadapan Sang Pencipta langit dan bumi, sementara hati dan anggota tubuhmu ketakutan, dengan pandangan tertunduk lagi hina. Tangan anda memegang catatan amal yang berisikan segala amalan anda yang rendah lagi hina. Anda pun membacanya dengan lidah yang kelu dan hati yang kacau. Dirimu pun merasa malu terhadap Zat yang senantiasa berbuat baik kepadamu dan selalu menutup aibmu.

Maka jawablah! Bagaimanakah anda akan menjawab, ketika Dia bertanya kepadamu tentang suatu kesalahan yang merupakan dosa terbesarmu? Bagaimanakah anda akan berdiri di hadapannya dan sanggupkah engkau memandangnya? Bagaimana hati anda sanggup menahan perkataan-Nya yang mulia serta berbagai pertanyaan dan teguran-Nya?

Bagaimana jika Dia mengingatkan terhadap segala bentuk penentanganmu terhadap-Nya, kemaksiatan yang anda lakukan, kurangnya perhatian terhadap larangan dan pengawasan-Nya terhadap dirimu? Bagaimana jika Dia mengingatkan akan lemahnya perhatianmu untuk menaati-Nya di dunia?

Apa yang akan anda katakan jika Dia bertanya kepadamu, “Wahai hamba-Ku, mengapa engkau tidak memuliakan-Ku?! Apakah engkau tidak malu kepada-Ku?! Apakah engkau tidak merasa bahwa Aku mengawasimu?! Bukankah Aku telah berbuat baik dan memberikan nikmat kepadamu?! Apakah yang telah memperdayakanmu sehingga berbuat durhaka kepada-Ku?

Wahai Saudara Tercinta

Bayangkanlah para pelaku kebaikan tatkala dikeluarkan dari kubur! Wajah mereka bersinar putih sebagai tanda kebajikan yang telah mereka lakukan. Mereka keluar dari kubur dengan tanda tersebut sebagai anugerah dari Allah Zat yang Mahamulia. Para malaikat menyambut mereka sembari berkata, “Inilah hari yang telah dijanjikan kepada kalian”. Bayangkanlah tatkala Allah ta’ala berkata, “Wahai para malaikat-Ku, masukkanlah para hamba-Ku ke dalam surga yang dipenuhi berbagai kenikmatan, masukkanlah mereka ke dalam keridaan yang agung.” Segala puji bagi Allah, mereka pun hidup dalam kehidupan yang menyenangkan. Surga-surga dibukakan bagi mereka, bidadari mengelilingi untuk melayani mereka. Hilanglah sudah, kecemasan dan keletihan yang mereka alami.

Sebaliknya, bayangkanlah nasib jiwa yang zalim lagi gemar bermaksiat kepada-Nya. Allah berkata kepada malaikat-Nya, “Peganglah dia, lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Sungguh amarah-Ku telah memuncak terhadap orang yang tidak malu ketika bermaksiat kepada-Ku.”

Akhirnya, jiwa yang zalim lagi penuh dosa menghuni neraka yang menyala dan bergemuruh. Jiwa tersebut senantiasa berangan-angan, jika sekiranya ia mampu kembali ke dunia agar dapat bertaubat kepada Allah dan mengerjakan amal yang shalih. Namun, hal tersebut mustahil terjadi. Maka tertelungkuplah ia di atas keningnya, terjatuh ke dalam jurang-jurang kegelapan dan terombang-ambing di antara tangga-tangga neraka dan lapisan neraka terbawah, terombang-ambing di antara penyesalan dan malapetaka.

Alangkah jauh perbedaan kedua golongan tersebut, antara mereka yang berada dalam surga dan mereka yang berada dalam neraka. Sungguh benar firman Allah,

إِنَّ الأبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ . وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” (QS. Al Infithaar: 13-14).

Wahai Saudara Tercinta

Bagi anda yang membaca risalah ini, rehatlah sejenak dan mari berintrospeksi diri! Jika anda termasuk golongan yang bersegera dalam melaksanakan ketaatan dan peribadatan kepada Allah serta menjauhi maksiat dan kedurhakaan kepada-Nya, maka pujilah Allah atas nikmat tersebut, mohonlah keteguhan kepada-Nya hingga maut datang menjemput dan dengan seizin Allah kenikmatan akan anda raih tanpa ada yang merebutnya darimu.

Namun, jika anda tidak termasuk di dalamnya, maka segeralah bertaubat kepada Allah dan kembalilah ke jalan petunjuk. Janganlah anda menentang dan senantiasa mengerjakan maksiat, karena hal tersebut akan menghantarkan anda kepada adzab Allah.

Sungguh diri anda teramat lemah untuk memikul dan menahan adzab-Nya. Gunung yang tinggi lagi kokoh jika dilabuhkan sejenak di neraka, maka dia akan meleleh dikarenakan panasnya yang teramat sangat. Bagaimana dengan diri anda, wahai manusia yang lemah?

Anda mungkin dapat sabar dalam menahan lapar dan dahaga, juga mampu untuk sabar menahan derita musibah dan beban hidup. Namun, demi Allah, Zat yang tiada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya, anda tidak akan mampu bersabar dalam menahan azab neraka.

Jauhkanlah diri anda dari azab neraka selama di dunia ini, sebelum penyesalan menghampiri anda dan waktu tidak mampu terulang kembali. Ketahuilah, bersabar untuk meninggalkan perkara yang diharamkan di dunia ini lebih mudah ketimbang bersabar menahan azab-Nya di hari kiamat kelak.

Ketahuilah saudaraku, menempuh jalan keteguhan tidaklah sulit untuk dijalani dan mengekang kebebasan seperti anggapan sebagian orang. Justru, di dalamnya terdapat kebahagiaan, kelezatan, kenyamanan dan ketenangan. Apalagi yang manusia butuhkan di kehidupan ini selain hal tersebut?

Sebaliknya, kehidupan yang diwarnai kemaksiatan dan kedurhakaan, seluruhnya dipenuhi oleh rasa cemas, kemalangan dan kerugian di dunia serta akan dilanjutkan dengan kepedihan azab di akhirat kelak.

Tempuhlah jalan petunjuk itu wahai saudaraku dan janganlah dirimu ragu. Sesungguhnya, diriku hanyalah pemberi nasihat bagi diriku sendiri dan bagimu dan sudilah kiranya dirimu menerimanya.

Selesai diterjemahkan dari artikel “Rihlah ilaa Daaril Qarar” tanggal 23 Dzulqa’dah 1428 H

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين


Baca Selengkapnya...

RINSIP-PRINSIP DASAR AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH DALAM MASALAH KHILAFIYAH

Sabtu, 10 Januari 2009 · 0 komentar

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin


Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah prinsip-prinsip dasar Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam masalah-masalah khilafiyah ? Dan apakah batasan masalah-masalah tersebut ?

Jawaban
Prinsip dasar Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam masalah khilafiyah (adalah) bahwa perbedaan pendapat yang bersumber dari ijtihad dan (masalah itu) termasuk masalah yang dibolehkan ijtihad di dalamnya, maka (hendaknya) satu dengan yang lain saling memaafkan dengan perbedaan tersebut. Hendaknya mereka tidak menjadikan perbedaan perbedaan ini termasuk dalam perbedaan yang mengakibatkan perpecahan dan permusuhan. Dan siapa yang menyelisihi saya sesuai dengan konsekwensi dalil maka pada hakikatnya dia tidaklah menyelisihi saya, karena manhaj tetap satu, baik saya yang menyelisihinya sesuai dengan konsekwensi dalil atau dia yang menyelisihi saya sesuai dengan konsekwensi dalil. Kalau begitu, maka kita sama. Dan perbedaan pendapat tetap ada dalam umat (ini) sejak masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga hari ini.




Adapaun (masalah) yang tidak dibenarkan adanya khilaf adalah masalah yang menyelisihi perjalanan para sahabat dan tabi’in, seperti masalah-masalah aqidah orang-orang yang sesat. Dan waktu munculnya khilaf adalah setelah masa-masa yang mendapatkan keutamaan (Al-Quruun Al-Mufadhdhalah). Artinya khilaf belumlah tersebar dan meluas kecuali setelah Al-Quruun Al-Mufadhdhalah tersebut, walaupun sebagian khilaf dalam (masalah-masalah tersebut) terjadi di masa sahabat.

Namun harus diketahui jika kita katakan : (Setelah) masa sahabat, tidaklah itu berarti semua sahabat harus telah meninggal dunia, akan tetapi (yang dimaksud) adalah masa di saat tidak ada lagi ditemukan mayoritas para sahabat. Karena anda sekalian mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmahNya menjadikan ajal manusia itu saling susul menyusul. Misalnya jika kita katakan : Bahwa masa sahabat tidak berakhir kecuali bila tidak lagi tersisa satupun dari mereka, maka tentulah kita akan melewati begitu banyak dari masa tabi’in. Akan tetapu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Sesungguhnya suatu masa itu dihukumi selesai jika kebanyakan penghuninya telah tiada”. Maka apabila mayoritas sahabat –misalnya- telah tiada dan mereka tidak lagi tersisa mereka kecuali puluhan atau ratusan yang sedikit, maka ini berarti bahwa masa mereka telah berakhir, dan begitu pula dengan para tabi’in, serta demikian pula para pengikut mereka (atba’ At-Tabi’in) hingga masa kita ini.

Maka Al-Quruun Al-Mufadhdhalah telah selesai, dan tidak ditemukan adanya khilaf yang belakangan tersebar dalam masalah-masalah aqidah. Dan mereka yang menyelisihi kita dalam masalah aqidah (sebenarnya) mereka menyelisihi apa yang dijalani oleh para sahabat dan tabi’in, maka mereka itu harus diingkari dan tidak boleh diterima khilaf mereka.

Adapun masalah-masalah khilaf yang terdapat di masa sahabat, dan memungkinkan terjadi ijtihad di dalamnya maka tentulah khilaf ini akan tetap (ada). Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Apabila seorang hakim menetapkan hukum, berijtihad, lalu benar (dalam ijtihadnya) maka mendapatkan dua pahala, dan jika ia berijtihad lalu salah (dalam ijtihadnya) maka mendapatkan satu pahala” [1]

Inilah batasannya. Jika ada yang mengatakan : Apakah khilaf tentang sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala dapat dibenarkan ? Maka kita katakan : Tidak, karena khilaf ini telah keluar dari manhaj para sahabat, sebab tidak pernah ada dua orang sahabat berselisih dalam masalah sifat Allah. Mereka semua meyakini sifat-sifat Allah itu benar sesuai dengan hakikatnya, tanpa (melakukan) tamtsil (permisalan). Dalil bahwa mereka meyakini hal tersebut adalah belum pernah ada khilaf di antara mereka dalam menafsirkan ayat-ayat dan hadits-hadits yang terdapat dalam masalah sifat-sifat (Allah). Maka apabila tidak terdapat khilaf di kalangan mereka dalam menafsirkan ayat-ayat yang mulia atau hadits-hadits nabawi, maka ini berarti mereka berpegang pada yang demikian, karena Al-Qur’an adalah ‘arabi (diturunkan dengan bahasa Arab,-pent) dan As-Sunnah juga disampaikan dengan bahasa Arab, sedang mereka mengetahui bahasa Arab.

Bila tidak terdapat dari mereka sesuatu yang menyelisihi zhahir ayat atau hadits, maka kita mengetahui bahwa mereka berpegang pada zhahir ayat dan hadits itu. Oleh karenanya, kita ingkari setiap orang yang mengatakan (berpendapat) yang menyelisihi madzhab As-Salaf dalam masalah sifat-sifat Allah. Atau jika anda ingin mengatakan : Dalam masalah iman seluruhnya ; iman kepada Allah, Malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari Akhir serta Qadar yang baik maupun yang buruk, maka setiap orang yang menyelisihi apa yang dahulu dijalani oleh para sahabat dalam keenam perkara ini, maka kita pun mengingkarinya dan tidak mengakuinya.

[Disalin dari kitab Al-Shahwah Al-Islamiyah Dhawabith wa Taujihat, edisi Indonesia Panduan Kebangkitan Islam, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerjemah Muhammad Ihsan Zainuddin, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Al-Bukhari No. 7353 dalam Kitab Al-I’thisham bab Ajrul Haakim Idza Ijthada Faashaba Auw Akhta'a, dan Muslim No. 1716 dalam Kitab Al-Uqdhiyah bab Bayaan Ajril Haakim Idza Ijtahada Faashaba Auw Akhta’a dari hadits ‘Amru Ibn Al-‘Ash Rasdhiyallahu ‘anhu.
Baca Selengkapnya...

Nasehat Akhir Tahun 1430 H ..........!, 29 December 2008

· 0 komentar

Apa Yang Kamu Tinggalkan di Tahun Kemarin....?

Oleh : Ummu Abdurrahman Bintu Muhammad "Arafat
Dinukil dari Majalah as Sunnah

Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Allah, dan perhatikanlah pergantian siang dan malam. karena pada hakekatnya, itu merupakan perjalanan yang sedang engkau tempuh menujuh akhirat. setiap ada hari yang berlalu, itu berarti engkau semakin jauh dari duniamu dan semakin dekat ke akhiratmu.

maka berbahagialah orang yang bisa mengisi eaktunya dengan sesuatu yang bisa mendekatkan dirinya dengan Alllah Subhanahu wata'alah. berbahagialah orang yang menyibukan dirinya dengan ketaatan dan menghidari dari kemaksiatan. berbahagialah orang yang bisa mengambil pelajaran dari perbuatan berbagai masalah dan kondisi. berbahagialah orang yang menyakini adanya hikma-hikmah Allah yang agung dan rahasia-rahaasia-Nya (yang Dia ketahui), dengan melihat kepada perubahan berbagai hal dan kondisi.

Firman Allah :

سُوۡرَةُ النُّور
يُقَلِّبُ ٱللَّهُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ‌ۚ إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَعِبۡرَةً۬ لِّأُوْلِى ٱلۡأَبۡصَـٰرِ (٤٤)

Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (Surah An Nuur 24:44)



Wahai sekalian manusia, sebentar lagi kamu akan berpisa dengan tahun yang lalu, yang akan menjadi saksi bagi kamu. dan kamu akan menyambut tahun yang akan datang, tahun yang baru,
maka apakah yang telah kamu titipkan di tahun ini.? dan dengan apa kamu akan menyambut tahun yang akan datang?

Maka seseorang yang berakal hendaklah menginstropeksi dirinya, dan melihat urusannya. jika sekirahnya dia telah meninggalkan sesuatu kewajiban, maka segeralah bertaubat dan segeralah untuk memperbaiki apa yang di tinggalkannya. dan jika dia telah mendhalimi dirinya sendiri dengan melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan hal-hal yang haram, hendaklah dia bergegasmeninggalkannya sebelum kematia datang menjemput.

Dan jika dia termasuk orang yang diberi keistiqomahan oleh Allah, hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan hendaklah dia memohon agar tetap istiqomah sampai akhit hidupnya. (Dari Kitab Dhiya'ul Lami' Minal Khutabil Jawami' I/313-314 secara Bebas, Karya Asy Syaik Muhammad Ibnu Utsaimin Rahimahullah)

Dalam hitungan hari, sebentar lagi kita akan menyambangi aawal bulan tahun hijriah, bulan itu ialah bulan Allah al- Muharam. sebagai upaya untuk menghidupkan sunnah Rasulullah sallalahu alaihi waa sallam dan upaya untuk memperoleh pahala serta kebaikan bagi orang yang mengajak kepada petunjuk agama.

Sebagai mana tercantum dala kitab shahih Muslim nabi bersabda
"Siapa yang mengajak kepada sesuatu petunjuk maka ia akan memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengikutinya dan tidaklah mengurangi sedikitpun dari pahala mereka (HR Muslim)
Pemuda sejati, demi Allah
ialah yang memiliki ilmu dan ketaqwaan.

Tidaklah dikatakan pemuda sejati
kalau tidak memiliki keduanya.

Baca Selengkapnya...

MENUNGGU KEBERANIAN GOLONGAN AHMADINAH

Senin, 29 Desember 2008 · 0 komentar

Oleh : Ustadz Qomar Minhal

Problematika yang timbul dari keberadaan penganut ajaran Ahmadiyah di tengah kaum muslimin tetap saja akan mencuat. Seiring dengan agresivitas golongan yang pertama kali muncul di daratan India itu dalam menyebarluaskan pemahaman-pemahaman si Nabi Palsu, antek penjajah Inggris.Sebagian orang meyakini kalau Ahmadiyah hanya sekedar firqoh (golongan sempalan) dalam Islam. Sebuah golongan yang mempunyai furu (dalam masalah fikih misalnya) yang berbeda dari golongan lainnya. Tidak ada titik perbedaan selain ini. Pendapat demikian ini dipatahkan oleh Syaikh Ihsan llahi Zhahir . Dalam keterangan beliau, seorang muslim hendaknya tahu betapa besar kesalahan asumsi di atas. Pasalnya, golongan yang juga dikenal nama Qadiyaniah tidak mempunyai hubungan apapun dengan Islam. Hanya saja mereka mengenakan baju Islam untuk mengecoh kaum muslimin.2 Berikut ini 2 (dua) fakta dari kitab-kitab mereka yang menguatkan kesimpulan tersebut, baik tulisan maupun pernyataan sang Nabi Palsu atau para penerus aqidah sesatnya. Wallahul Hadi3 Seorang Muslim Adalah Orang Kafir .


Sebelum Memeluk Agama Ahmadiyah



Keterangan di atas tidak mengada-ada. Bila seorang muslim meninggal, maka tidak akan disholati oleh Ahmadiyyun, juga tidak boleh dikuburkan di pemakaman mereka. Selain itu pula, pernikahan antara seorang lelaki yang menganut agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad ^ dengan wanita penganut ajaran Nabi Palsu Mirza Ghulam Ahmad (semoga memperoleh hukuman setimpal dari Allah ®& ) tidak boleh terjadi. Karena ia dalam pandangan 'Nabi' Ghulam Ahmad sudah kafir. Berikut ini penuturan dan pernyataannya: "Orang yang tidak beriman kepadaku, berarti ia tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya". 4

Putranya yang meneruskan kedustaan sang ayah, Mahmud Ahmad menguatkan: "Seorang lelaki menemuiku di sebuah wilayah. la menanyakan mengenai berita yang telah beredar bahwa kalian mengkafirkan kaum muslimin yang tidak menganut agama Ahmadiyah. Apakah itu memang benar. Maka saya menjawab, lya. Tidak diragukan lagi. Kami memang mengkafirkan kalian". Maka lelaki tersebut merasa aneh dan kaget". 5

Anaknya yang lain, BasyTr Ahmad dengan tanpa malu-malu mengatakan: "Setiap orang yang beriman kepada Musa, tapi tidak beriman kepada Isa: , juga tidak beriman kepada Muhammad, maka dia kafir. Begitu pula orang yang tidak beriman kepada Ghulam Ahmad maka dia kafir juga, telah keluar dari Islam. Kami tidak mengatakan ini dari diri kami sendiri. Namun kami mengutip dari Kitabullah "Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya.."(Qs. an-Nisa/ 4:151) (Kalimatul Fas/7/, BasyTr Ahmad bin Nabi Palsu).

Di sini bisa dilihat, bagaimana ia tak lupa mencatut dan membajak ayat al-Qur'an kepentingan golongannya yang lebih pantas disebut agama baru Ahmadiyah. Putra Ghulam pernah juga mengutip pernyataan Nuruddin, pengganti Ghulam yang pertama (Khalifah Ahmadiyah yang pertama setelah kebinasaan Nabi Palsu mereka) : "Sesungguhnya kaum muslimin selain penganut ajaran Qadiyaniah (Ahmadiyah) masuk dalam kandungan firman Allah : "Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benamya". Kemudian ia membubuhkan catatan (ta'liq) setelah perkataan di atas, bunyinya: "Bagaimana mungkin orang yang mengingkari Musa 5$&jfe menjadi kafir dan terlaknat, yang mengingkari Isa juga kafir, sementara orang yang mengingkari Ghulam Ahmad tidak kafir. Padahal perkataan kaum mukminin adalah "Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,". Sementara mereka itu membedakan sikap terhadap para rasul. Oleh karena itu, orang yang mengingkari Ghulam Ahmad pasti orang kafir dan masuk dalam firman Allah : "Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya" (Kalimatul Fashl, BasyTr Ahmad hal. 120, 174).

Dalam kitab an-Nubuwwah Fil llham, hasil karya salah satu ulama Ahmadiyah termaktub: "Sesungguhnya Allah & berkata kepadanya (Si Nabi Palsu): "Orang yang mencintai-Ku dan menaati-Ku, wajib atas dirinya mengikutimu dan beriman kepadamu. Kalau tidak, ia belum mencintai-Ku. Bahkan sebaliknya, ia adalah musuh-Ku. Apabila para pengingkar menolak ini, atau bahkan mendustakanmu dan menyakitimu, maka Kami akan membalas mereka dengan balasan yang buruk, dan Kami persiapkan bagi orang-orang kafir itu Jahannam sebagai penjara bagi mereka". Lalu penulis berkomentar mengenai ilham di atas,'bahwa Allah & telah menjelaskan di sini bahwa orang yang mengingkari Ghulam adalah orang kafir dan balasannya Jahannam". (an-Nubuwwah Wal llham, Muhammad Yusuf al-Qadiyani hal. 40).

Demikian cuplikan aqidah mereka tentang kaum muslimin melalui tulisan-tulisan sang Nabi palsu, keturunan dan tokoh agama mereka. Masih banyak aqidah buruk mereka yang lain, yang kian menegaskan kesimpulan di awal tulisan ini bahwa mereka bukan kaum muslimin lagi. Jadi, tinggal menunggu keberanian mereka untuk menyatakan dengan lantang dan keras bahwa mereka bukan kaum muslimin.

Dengan ini tensi permusuhan kaum muslimin dengan mereka (mungkin) sedikit
banyak akan mereda.[6] Terpaksa Sholat Dengan Kaum Muslimin Karena Takut Terbongkar Jati Dirinya Bukan Muslim

Karena vonis kafir yang mereka arahkan kepada kaum Muslimin, maka mereka tidak memperbolehkan sholat di belakang seorang muslim. Mesti dipastikan terlebih dahulu bahwa sang imam adalah juga penganut agama Ahmadiyah, sebelum mereka ikut serta dalam suatu sholat jamaah. Seandainya mereka ikut serta dalam sholat berjamaah dengan kaum muslimin, itu mereka lakukan sekedar untuk menutupi topeng mereka. Lantas mereka akan mengulangi sholat (ala mereka) di rumah.

Sang Nabi Palsu berkata: "Inilah (keterangan di atas) adalah madzhabku yang sudah jelas. yakni, tidak boleh bagi kalian untuk sholat di belakang selain penganut Ahmadiyah. Dalam kondisi apapun, siapapun imamnya, walaupun nanti memperoleh pujian dari orang-orang. Inilah hukum Allah dan kehendak Allah (?). Orang yang ragu dan sangsi tentang ini termasuk dalam hitungan kaum yang mendustakan. Allah ingin membedakan kalian dari orang lain (Malfuzhat al-Ghulam/pernyataan-pernyataan Ghulam yang diterbitkan di Majalah al-Hikam milik Ahmadiyah) tanggal 10 Desember 1904 M).

Dalam kitab Arbain miliknya (hal 34-35), si Nabi palsu berkata: "Sesungguhnya Allah &. telah memberiku berita bahwa Dia secara qath'i mengharamkan untuk sholat di belakang orang yang mendustakanku atau ragu untuk taat kepadaku. Kewajiban kalian adalah mengerjakan sholat di belakang imam-imam kalian... kerjakan apa yang saya perintahkan. Apakah kalian ingin amalan kalian terhapus tanpa kalian sadari?".

Si anak pun tak mau kalah. Dalam masalah yang sama, ia menetapkan: "Tidak boleh sholat di belakang selain penganut Ahmadiyah. Orang-orang terus saja bertanya tentang ini, apakah boleh seorang penganut Ahmadiyah sholat di belakang orang yang bukan Ahmadiyah?. Saya katakan meski terus kalian bertanya tentang ini kepadaku, maka jawabnya Sesungguhnya tidak boleh penganut ajaran Ahmadiyah sholat di belangan orang yang bukan menganut (agama) Ahmadiyah, tidak boleh, tidak boleh".Fakta sejarah lain, dengan aktor Khalifah kedua Ahmadiyah, putra Nabi Palsu, Mahmud Ahmad. Dia sedang mengisahkan perjalanan hajinya ke Mekkah. 7 Katanya: "Saya pergi tahun 1912 M ke Mesir. Dari sana kemudian saya berangkat naik haji. Di Jedah, kakek dari ibu menemuiku. Lantas, kami bersama-sama pergi ke Mekkah. Di hari pertama, saat kami thowaf, waktu sholat datang. Saya berniat keluar (dari Masjidil Haram, red). Namun, jalan keluar sudah terhalangi karenanya kondisi sangat padat dengan jamaah sholat. Selanjutnya, saya akhirnya sholat. Kakekku menyuruh aku untuk sholat. Kami pun sholat. Ketika sampai di rumah, kami kemudian saling berkata: "Ayo, kita kerjakan sholat lagi karena Allah. Sholat tidak bisa dilaksanakan dan tidak diterima bila dikerjakan di belakang imam yang bukan penganut Ahmadiyah... "(?!)8

Fakta sejarah lain, dengan aktor Khalifah kedua Ahmadiyah, putra Nabi Palsu, Mahmud Ahmad. Dia sedang mengisahkan perjalanan hajinya ke Mekkah. 7 Katanya: "Saya pergi tahun 1912 M ke Mesir. Dari sana kemudian saya berangkat naik haji. Di Jedah, kakek dari ibu menemuiku. Lantas, kami bersama-sama pergi ke Mekkah. Di hari pertama, saat kami thowaf, waktu sholat datang. Saya berniat keluar (dari Masjidil Haram, red). Namun, jalan keluar sudah terhalangi karenanya kondisi sangat padat dengan jamaah sholat. Selanjutnya, saya akhirnya sholat. Kakekku menyuruh aku untuk sholat. Kami pun sholat. Ketika sampai di rumah, kami kemudian saling berkata: "Ayo, kita kerjakan sholat lagi karena Allah. Sholat tidak bisa dilaksanakan dan tidak diterima bila dikerjakan di belakang imam yang bukan penganut Ahmadiyah... "(?!)8

muslimin ataupun menyolati kaum muslimin (di luar jamaah Ahmadiyah). Karenanya, ketika pendiri Negara Pakistan meninggal, Muhammad AN Jinah $fe , sang menteri luar negeri pada zaman itu yang bernama Zhafrullah Khan tidak menyolati beliau. Sebabnya sangat jelas. Karena Muhammad Ali Jinah $K menurutpandangannya telah kafir lantaran memegangi petunjuk Muhammad dan membebaskan umat Islam dari cakar-cakar penjajah..."9

Penutup



Perkembangan ajaran Ahmadiyah harus diwaspadai setiap muslim. Sebab, hakikatnya merupakan usaha permurtadan. Hingga tidak boleh dilihat dengan sebelah mata. Tatkala mereka mengalami kegagalan dalam mendakwahkan agama Ahmadiyah di daratan India, mereka membidik benua Eropa dan Afrika. Dan ternyata 'lebih berhasil' dalam memurtadkan kaum muslimin. Pasalnya, dalam kurun waktu 70 tahun sejak pertama kali dideklarasikan dan dengan dukungan penuh dari kaum kolonialis, jumlah penganut Ahmadiyah India hanya berkisar pada angka ribuan. Padahal, Jawaharlal Nehru, saat menjabat PM India juga mendukung gerakan permurtadan ini. Karena kaum muslimin di sana mengetahui hakikat busuk Ahmadiyah. Akan tetapi, di benua Afrika dan Eropa, dalam rentang waktu 15 tahun saja, penganut Ahmadiyah berjumlah jutaan. Kata Syaikh Ihsan, penyebabnya ialah, pada waktu itu jumlah dai Islam di sana tidak banyak10.

Sebagai penutup, kami kutipkan pesan beliau kepada umat Islam: "Usaha untuk melawan Ahmadiyah guna menghentikan ancamannya sudah menjadi kewajiban dalam Islam, politik dan secara individual. Dari kaca mata agama, karena telah mengobrak-abrik ajaran Islam dan menghancurkan rukun-rukunnya. Adapun dari sudut politis, lantaran Ahmadiyah merupakan kepanjangan tangan kekuasaan kolonialis di setiap distrik yang ditempati. Dan, secara individu, telah dilakukan oleh DR. Muhammad Iqbal yang menyanggah pernyataan PM Jawaharlal Nehru yang mendukung ajaran agama Ahmadiyah".

Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah, yang tampak maupun tersembunyi. Wallahul a'lam.


Catatan Kaki

Diangkat dari al-Qadiyaniyah, Dirasat Wa Tahiti karya Syaikh IhsSn llahi Zhahir (1941-1987), Idarah Turjumanis Sunnah Lahore
Pakistan tanpa tahun, hal 37-42 al-Qadiyaniyah, Dirasat Wa Tahl/l hal. 37 Topik tentang Ahmadiyah dan Mirza Ghulam Ahmad pernah diangkat dari sudut yang berbeda dari tulisan di atas pada Majalah
as-Sunnah Edisi Khusus Tahun IX (1426H-2005M) Diterbitkan dalam Hazharatul Islam edisi V tahun 1386 H.
Kami tidak sedang ikut serta dalam memprovokasi umat untuk menggayang Ahmadiyah yang eksis di tanah air. Karena, tindakan nahi mungkar mesti memenuhi kaidah-kaidah syariat yang sudah baku. Tidak ditempuh dengan cara-cara serampangan, destruktif dan kekerasan atas dasar emosi atau perasaan belaka
Pada gilirannya, penganut Ahmadiyah dilarang memasuki kota suci Mekkah. Karena mereka telah kafir. Red).
Nukilan dari al-Qadiyaniyah hal. 39-40
al-Qadiyaniyah hal. 42
al-Qadiyaniyah hal. 21-22



Sumber : Majalah As-Sunnah Edisih Bulan November 2008
Categori Aliran Sesat, Bantahan
Baca Selengkapnya...

Sponsorship

Waktu

Titip Pesan

Risalah Muslimah

Abu Nashir as Salafy

Feeds Sunnah

Kumpulan Situs Sunnah

RSS Web Ilmiah